APLIKASI FISIOLOGI TUMBUHAN UNTUK EFISIENSI
FIKSASI NITROGEN
SECARA BIOLOGIS
Fisiologi Tumbuhan adalah salah satu bidang biologi yang mengkaji fungsi dan proses yang
terjadi dalam tubuh tumbuhan. Dalam Fisiologi tumbuhan dipelajari proses dan fungsi yang menyangkut tanggapan tumbuhan terhadap
perubahan-perubahan lingkungan, dan pertumbuhan serta perkembangannya
sebagai hasil dan respon tersebut.
Proses berarti suatu urutan kejadian
alam yang berkesinambungan. Contoh proses fotosintesis, respirasi, penyerapan
ion, angkutan, membuka dan menutupnya stomata, asimilasi, transpirasi,
perbungaan dan pembentukan biji. Fungsi menunjukkan aktivitas benda-benda di
alam, apakah itu sel, jaringan, organ, atau bahan-bahan kimia. Tumbuhan akan
selalu berusaha untuk tumbuh dan berkembang normal. Namun demikian, sejumlah
faktor internal dan eksternal (lingkungan) dapat menghambatnya. Cahaya,
temperatur, lama penyinaran, gravitasi, derajat keasaman dan berbagai faktor
fisika-kimia lainnya dapat menjadi sumber/penyebab cekaman bagi tumbuhan.
Oleh karena itu kajian fisiologi tumbuhan juga menjabarkan dan menjelaskan
bagiamana proses-proses dan fungsi-fungsi tadi bereaksi terhadap perubahan
lingkungan.
Pada prinsipnya, fisiologi tumbuhan merupakan studi
tentang bagaimana tumbuhan hidup,
termasuk berbagai aspek proses: metabolisme, hubungannya dengan air,
nutrisi mineral, perkembangan, gerak, irritabilitas (respons terhadap
lingkungan), organisasi, tumbuh, dan proses transpor.
Dengan mempelajari fisiologi
tumbuhan, kita akan dapat lebih memahami bagaimana sinar matahari dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk menghasikan karbohidrat dari bahan baku anorganik berupa
air dan karbondioksida, mengapa tumbuhan membutuhkan banyak air, bagaimana biji
berkecambah, mangapa tumbuhan layu jika kekeringan dan berbagai macam gejala
lainnya yang ditampakkan oleh tumbuhan. Salah satu manfaat
mempelajari fisiologi tumbuhan adalah dapat mengefesiensikan fiksasi nitrogen secara
biologis.
Contoh upaya dalam efisiensi fiksasi secara nitrogen adalah
dengan cara penggunaan pupuk hayati yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan
hara tanaman secara alami, dengan memanfaatkan
mikroorganisme hidup ke dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu tanaman
memfasilitasi atau menyediakan unsur hara tertentu bagi tanaman.
Salah satu pupuk hayati yang sering digunakan adalah rhizobium.
Rhizobium merupakan kelompok
bakteri berkemampuan sebagai penyedia hara bagi tanaman kedelai. Bila
bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri ini mampu menginfeksi akar
tanaman dan membentuk bintil akar. Bintil akar berfungsi mengambil nitrogen di atmosfer dan menyalurkannya sebagai unsur hara
yang diperlukan tanaman inang. Rhizobium mampu menyumbangkan N dalam
bentuk asam amino kepada tanaman kedelai.
Adanya bakteri menyebabkan rambut akar menggulung yang
dirangsang oleh IAA. Sejalan dengan masuknya bekteri akar membentuk benang
infeksi yang di dalamnya ada bakteri bintil. Benang infeksi terus berkembang
sampai di kortek dan mengadakan percabangan. Percabangan ini menyebabkan
jaringan kortek membesar yang dapat dilihat sebagai bintil. Di tempat ini
terjadi fiksasi Nitrogen. Untuk menambat nitrogen, bakteri ini
menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan menghambat gas nitrogen di
udara dan merubahnya menjadi gas amoniak. Gen yang mengatur proses penambatan
ini adalah gen nif (Singkatan nitrogen – fixation). Gen – gen nif ini berbentuk
suatu rantai , tidak terpencar kedalam sejumlah DNA yang sangat besar yang
menyusun kromosom bakteri, tetapi semuanya terkelompok dalam suatu daerah. Hal
ini memudahkan untuk memotong bagian untaian DNA yang sesuai dari kromoson
Rhizobium dan menyisipkanya ke dalam mikroorganisme lain (Prentis, 1984).
Pada keadaan ini terjadi simbiosis Mutualisme yang terjadi antara bakteri
dengan tanaman. Bakteri mendapatkan zat hara yang kaya energi dari tanaman
inang sedangkan tanaman inang mendapatkan senyawa nitrogen dari bakteri untuk
melangsungkan kehidupannya.
Adapun tipe - tipe bintil akar
yaitu sebagai berikut:
1. Globus. Ciri: berbentuk bulat, gampang lepas dari akar
2. Peanut. Ciri: berbentuk agak bulat, letaknya terbenam
3. Semi Globus. Ciri: bentuknya tidak beraturan, permukaannya ada
yang kasar dan licin.
4. Memanjang
5. Koral
Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberadaan bakteri bintil akar:
1. Sumber makanan (BO dan perakaran). Untuk bertahan sebelum
menginfeksi tanaman.
2. Mikroorganisme lain (sbg kompetitor di rizosfir). Terutama yang antagonis,
karena dapat menghalangi infeksi.
3. Lingkungan. Mempengaruhi kegiatan fotosintesis untuk menyediakan
kebutuhan energi bakteri (cahaya, luas daun, CO2, pembentukan biji/ fase
generatif)
4. pH. Yang dikehendaki netral – agak basa.
5. Suhu. Yang disukai 20-28ºC, masing-masing jenis isolat
berbeda tanggapnya terhadap suhu.
6. Ketersediaan air dan hara untuk fotosintesis. Karena fotosintat yang
dihasilkan tanaman dimanfaatkan oleh bakteri.
7. Senyawa racun. Yang berasal dari herbisida, fungisida di tanah tidak
disukai bakteri bintil, dapat berpengaruh terhadap keberadaan bakteri,
salinitas.
8. Ketersediaan nutrisi. Seperti N yang bisa
menghambat bintil; P untuk suplai energi; Mo untuk kerja nitrogenase, Fe dan Co
untuk laghemoglobin dan transfer elektron.
9. Kesesuian genetik antara bakteri dengan tanaman (untuk
keperluan infeksi).
Dengan mempelajari fisiologi tumbuhan, dapat mengetahui
respon tanaman terhadap lingkungan. Contohnya respon tanaman terhadap bakteri rhizobium sebagai mikroorganisme penambat N2 dalam membentuk bintil bintil akar. Yang mana
bintil tersebut berfungsi sebagai tempat rhizobium
tinggal. Rhizobium berfungsi menambat N dari udara sehingga memberi suplai
N terhadap tanaman. Dengan mengetahui fungsi rhizobium dan menggunakannya
sebagai pupuk hayati dapat menghemat biaya dan mengurangi penggunaan pupuk
buatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar