PENGENDALIAN HAMA TIKUS SECARA
MEKANIK DAN KIMIA
PENGENDALIAN
SECARA MEKANIS
Pengendalian hama tikus
secara mekanik adalah pengendalian yang dilakukan dengan bantuan alat/
perangkap atau dapat juga dilakukan secara langsung dengan
menangkap tikus. Ada beberapa macam pengendalian hama tikus secara mekanis
antara lain:
1.
TBS
(TRAP BARRIER SYSTEM)
Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu. Sebaiknya plastik yang digunakan untuk perangkap berwarna hijau, kuning atau transparan. Warna hijau dan kuning lebih mudah diketahui oleh tikus, sedangkan plastic transparan agar persemaian terlihat oleh tikus.
Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu. Sebaiknya plastik yang digunakan untuk perangkap berwarna hijau, kuning atau transparan. Warna hijau dan kuning lebih mudah diketahui oleh tikus, sedangkan plastic transparan agar persemaian terlihat oleh tikus.
Perangkap
bubu yang dipasang rapat dengan pagar plastik dan diletakkan gundukan tanah sebagai
jalan masuk tikus di depan pintu perangkap.
BAHAN PEMBUAT PERANGKAP
BUBU:
Kawat strimin (lubang 1
cm), kawat strimin (lubang 0,5 cm), kawat besar Diameter 3-4 mm, kawat kecil
diameter 1 mm, plastic putih yang tembus cahaya 14 %, kayu reng ukuran 2×3 cm
tinggi 1 meter.
CARA MEMBUATNYA:
·
Kawat besar 3-4 mm dibuat kerangka
panjang 40 cm lebat dan tinggi 25 cm.
·
Kawat Strimin lubang1 cm di bentuk kotak
sesuai dengan kerangka no 1
·
Strimin lubang 0,5 cmdibuat selongsong
dengan ukuran disesuaikan dengan lubang pada liang tikus pada bagian ujung
mengerucut panjang 25 cm
·
Selongsong no 3 dipasang pada salah satu
sisi yang ukuranya 25 cm dengan bagian ujung diposisikan pada tengah-tengah
kotak strimin
·
Semua pertemuan kawat kerangka dengan
kawat strimin diikat dengan kawat strimin diameter 1 mm
·
Dibuat jendela pada salah satu sisi
untuk mengeluarkan tikus yang tertangkap.
·
Untuk memudahkan pemasangan pagar dan
perangkap bubu perangkap tikus dianjurkan untuk melakukan persemaian
berkelompok sehingga jumlah persemaian tidak terlalu banyak.
CARA PEMASANGAN TBS
·
Pilih petakan sawah berukuran kira-kira
20m x 50m2
·
Pasang ajir bambu setiap 1 m bentangan
pagar
·
Gunakan tali atau kawat untuk menegakkan
pagar plastik pada petakan. Pagar perlu dibenamkan 10 cm di bawah tanah agar
tikus tidak menerobos melalui bagian bawah pagar dan dipasang setinggi 60 cm
untuk mencegah loncatan di atas tanah
·
Buatlah saluran air di bagian luar pagar
dengan lebar minimal setengah meter
·
Pasang paling sedikit 1-2 bubu perangkap
pada masing-masing sisi (harus dipasang serapat mungkin dengan pagar, tanpa
celah yang memungkinkan tikus masuk menerobos di luar pintu perangkap)
·
Pasang jalan masuk dengan meletakkan
lumpur di depan pintu masuk perangkap
GROPYOKAN
Pengendalian
dengan peralatan lengkap (pemukul, emposan, jaring dan sebagainya) yang
dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana
dalam satu hamparan pertanaman yang luas. Gropoyokan bertujuan untuk menurunkan
populasi tikus secara serentak dalam suatu hamparan.Waktu yang tepat untuk
melakukan gropoyokan adalah saat tidak ada pertanaman dan tikus berada dalam
sarang. Keadaan ini biasanya terjadi ketika mulai setelah panen dan ketika
lahan bera.
Gropoyokan dilakukan dengan cara menggali liang-liang tikus dengan bantuan anjing pelacak. Pada saat gropoyokan dilakukan dengan alat perangkap yang disebut jala kremat yang diletakan pada lubang aktif tikus. Lubang aktif dipukul-pukul di atasnya agar tikus keluar dan masuk dalam jala. Jala kremat terbuat dari bahan bambu atau lempengan besi tipis yang dibuat melingkar dan di beri jarring nilon. Kegiatan ini memerlukan kekompakan dari seluruh petani untuk menangkap tikus secara serempak
Gropoyokan dilakukan dengan cara menggali liang-liang tikus dengan bantuan anjing pelacak. Pada saat gropoyokan dilakukan dengan alat perangkap yang disebut jala kremat yang diletakan pada lubang aktif tikus. Lubang aktif dipukul-pukul di atasnya agar tikus keluar dan masuk dalam jala. Jala kremat terbuat dari bahan bambu atau lempengan besi tipis yang dibuat melingkar dan di beri jarring nilon. Kegiatan ini memerlukan kekompakan dari seluruh petani untuk menangkap tikus secara serempak
.
3. PEMASANGAN JARING
Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.
3. PEMASANGAN JARING
Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.
4. PENGGENANGAN
Penggenangan lubang-lubang tikus dilakukan ketika menjelang pembuatan persemaian.
Penggenangan lubang-lubang tikus dilakukan ketika menjelang pembuatan persemaian.
5. PERANGKAP BAMBU
Perangkap bambu terbuat dari potongan bambu dengan ukuran panjang 2 meter atau lebih dengan diameter 7-10 cm dan ruas-ruas bambu dilubangi. Jenis bamboo yang digunakan ialah bambu yang sudah tua.telah direndam dan kering agar tidak dicurigai oleh tikus. Cara ini efektif apabila tempat berlindung tikus sedikit atau tidak ada sama sekali. Kondisi ini dijumpai apabila dilakukan sanitasi sarang dan tempat berlindungnya tikus atau pada waktu bera. Pemasangan pada fase generatif akan memberikan hasil yang lebih baik karena pada saat itu tikus cenderung tinggal di persawahan.
Pada saat bera perangkap bambu ditempatkan di persawahan yang sudah kering, di pematang-pematang atau di tempat lewatnya tikus. Sedangkan pada pertanaman perangkap bambu dapat ditempatkan di pematang sawah atau di persawahan dengan di topang oleh penyangga bambu agar tidak terendam air.
Perangkap diambil pada hari sebelum jam 9.00. apabila pengambilan perangkap bambu terlambat suhu dalam perangkap akan meningkat sehingga tikus akan lari keluar. Tikus yang tertangkap di tempatkan pada karung untuk selanjutnya dibunuh.
Dengan menggunakan perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh alaminya. Pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis umpan yang digunakan sebab terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada suatu jebakan. Oleh karena itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang tidak mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian yang dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik perhatian tikus.
6.
PENGENDALIAN HAMA TIKUS MENGGUNAKAN PERANGKAP ELEKRIK
Prinsip kerja perangkap
tikus elektrik sama dengan perangkap tikus biasa, namun yang membedakannya jika
tikus yang dipancing dengan umpan masuk ke dalam perangkap ini, maka tikus itu
akan mati akibat sengatan listrik dari alat tersebut. Kelebihan perangkap
tikus adalah tidak adanya bahan racun yang digunakan. Bangkai tikus yang
sudah mati tidak menyebar kemana-mana dan tidak akan mencemari lingkungan.
7.
KURUNGAN TIKUS
Pengendalian dengan menggunakan kurungan dilakukan
dengan menaruh umpan makanan didalam kurungan, kemudian setelah tikus
terpancing dan mengambil makanan itu, kurungan akan otomatis menutup saat
makanan ditarik oleh tikus tersebut.
8.
SNAP TRAP (PENJEPIT)
Hamper sama dengan kurungan tikus, snap trap
mengandalkan umpan makanan untuk menarik tikus mendekati perangkap. Dan saat
tikus memakan umpannya, penjepit otomatis menjepit tikus yang sedang memakan
umpannya.
9.
LEM TIKUS
Penggunaan lem tikus
dalam penendalian hama tikus cukup efektif, namun terkadang kurang tepat
sasaran. Cara kerja alat ini adalah dengan mengoleskan lem di suatu bidang, dan
saat tikus melalui bidang tersebut, tikus itu akan terjerat dan sulit untuk
menarik dirinya keluar dari perangkat lem dikarenakan lem yang sangat lengket.
PENGGUNAAN
BAHAN KIMIAWI
Selain secara mekanis
pengendalian juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan bahan kimia untuk
meracuni tikus. Adapun beberapa pengendalian hama tikus secara kimia adalah
sebagai berikut:
1.
UMPAN
RACUN
Pengendalian
tikus dengan bahan kimia adalah menggunakan racun tikus (rodentisida) dan gas
beracun (fumigasi). Berdasarkan cara penggunaannya rodentisida terdiri
dari dua jenis yaitu rodentisida yang harus dicampurkan dengan umpan yang
disenangi tikus (seperti; beras, jagung, ketela pohon dan ubi jalar) dan
rodentisida siap pakai yaitu umpan yang telah mengandung racun.
Penggunaan rodentisida didasarkan atas adanya aktivitas tikus yaitu dengan
adanya pengamatan atas jejak tikus, kotoran tikus atau gejala serangan tikus.
Berdasarkan
cara kerjanya, rodentisida dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rodentisida
akut dan rodentisida kronis (anti koagulan). Rodentisida akut bekerja cepat,
kematian biasanya terjadi 3-14 jam setelah peracunan. Kelemahan rodentisida
akut adalah dapat menimbulkan jera umpan, sedangkan rodentisida kronis adalah
racun yang daya bunuhnya lambat dan tidak menimbulkan jera umpan. Kematian
terjadi beberapa hari kemudian setelah memakan umpan racun kronis tersebut.
Untuk melindungi umpan
dari hujan dan agar tidak termakan hewan peliharaan, gunakan tempat umpan yang
diletakkan di galengan dekat dengan tempat-tempat tikus bersembunyi atau dekat
dengan liang-liang tikus serta di jalan-jalan/tempat-tempat yang biasanya
dilewati tikus. Jarak antara tempat umpan + 50 meter. Masing-masing
tempat umpan di isi 10-15 g.
2.
PENGEMPOSAN
Pengendalian dengan
menggunakan gas beracun dilakukan pada periode tanaman padi mencapai stadium
bunting sampai bermalai. Cara pelaksanaannya adalah menggunakan emposan yaitu
dengan cara membakar merang yang telah diisi belerang. Gas dan asap yang dihasilkan
dari pembakaran tersebut dihembuskan ke dalam liang tikus menutup semua
ruang-ruang/celah-celah yang memungkinkan tikus lari.
SUMBER:
·
http://ulyvia.blogspot.com/2010/01/pengendalian-fisik-atau-mekanik-hama.html
(Diposkan oleh Ully pada hari Rabu, 13 Januari 2010)
·
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/1069